Selasa, 03 Maret 2015

APPLE RATIO DALAM MENGUKUR KINERJA PUSAT LABA BANK (CABANG)


Gambaran umum rasio rasio yang digunakan dalam metode APPLE
Formulasi APPLE ini dibuat untuk mengukur tingkat kesehatan pusat laba yang dimiliki Bank. Dalam menentukan faktor pengukuran tingkat kesehatan cabang dan capem pada Bank penulis mempertimbangkan lima faktor yang paling penting dalam pusat laba yaitu:

1.      Asset
2.      Productivity
3.      Profitability
4.      Liquidity
5.      Effeciency
Lima faktor diatas sangat menentukan dalam tingkat kesehatan pusat laba agar terus dapat menjalankan operasionalnya secara sehat. Untuk lebih detailnya tentang faktor – faktor dalam formulasi APPLE ini maka akan dijabarkan dalam bab ini.

Faktor Asset
Faktor yang pertama ini mengukur bagaimana tingkat kualitas aset suatu cabang atau cabang pembantu. Faktor ini diukur dengan menggunakan rasio NPL Gross karena rasio sangat menggambarkan keadaan kualitas aset produktif cabang atau cabang pembantu yang didominasi oleh kredit. Semakin kecil rasio ini maka menggambarkan kondisi aktiva produktif cabang atau cabang pembantu dalam kondisi yang baik. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


  
Aset produktif yang diklasifikasikan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Sandi
Golongan
1
Lancar
2
Dalam perhatian khusus
3
Kurang lancer
4
Diragukan
5
Macet
Sumber : Bank Indonesia
Setelah mendapatkan rasio NPL dengan cara membagi antara aktiva produktif dengan total aktiva produktif langkah selanjutnya adalah mencari nilai kredit dari faktor asset ini. Dalam kasus rasio NPL ini penulis membagi berdasarkan nilai batas atas bank yang sehat adalah NPL yang tidak melebihi 5%, maka nilai NPL maksimal adalah 5% dan setiap penurunan NPL sebesar 0.1% maka akan mendapatkan nilai kredit +2 atau dapat dijadikan dalam bentuk rumus sebagai berikut :


Faktor Productivity
Faktor yang kedua adalah faktor produktifitas. Faktor ini mengukur pencapaian kinerja karyawan pada suatu cabang atau cabang pembantu. Rasio ini dapat menjelaskan bagaimana karyawan cabang atau cabang pembantu dalam mengolola cabang atau cabang pembantunya agar mendaparkan laba bersih yang optimal. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus Personal Productivity, dimana rumus ini membagi laba bersih dengan beban tenaga kerja sehingga manajemen dapat melihat bagaimana pencapaian karyawan pada cabang tersebut, rumus personal productivity dapat dihitung sebagai berikut:

semakin kecil rasio ini maka produktifitas karyawan pada pusat laba tersebut sangat produktif dalam menghasilkan laba bersih. Untuk menghitung nilai kredit untuk rasio ini, terlebih dahulu penulis mencoba mencari batas atas dan batas bawah dari rasio ini. Batas atas dari rasio ini penulis menetapkan sebesar 100% yang artinya bahwa laba bersih sama besarnya dengan besar beban gaji yang dibayarkan, sedangkan batas bawah dari rasio ini adalah 20% dimana beban tenaga kerja bukanlah beban yang terlalu besar dalam pengurang laba bersih. Nilai kredit dari rasio ini penulis tentukan dengan setiap penurunan rasio 1% dari 100% maka akan mendapatkan penambahan nilai kredit sebesar +2, atau dapat dicari denga rumus sebagai berikut:



3.1.2  Faktor Profitability
Faktor yang ketiga adalah faktor profitability dimana faktor ini mengukur tingkat pendapatan yang diterima disuatu cabang atau cabang pembantu. Faktor ini menggunakan dua rasio untuk mengukurnya yaitu rasio ROA (Return On Asset) dan NIM (Net Interest Margin). Rasio ROA ini mengukur bagaimana cabang mampu mengembalikan asset yang digunakan menjadi laba bersih. Rasio ROA ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Rasio kedua yang penulis gunakan adalah Net Interest Margin, rasio ini mengukur tingkat pendapatan yang diterima oleh suatu cabang, semakin baik kualitas kredit atau aktiva produktif suatu cabang maka pendapatan bunga akan terealisasi menjadi pendapatan sedangkan jika tidak terealisasi makan pendapatan bunga ini ditangguhkan dalam laporan komitmen dan kontijensi. Untuk membuat rasio ini baik manajemen cabang harus mampu mengatur kredit agar tidak masuk dalam kredit bermasalah dan juga mengatur struktur dana dari cabang tersebut agar beban bunga yang dibayarkan terlalu besar. Rasio ini dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:


untuk menghitung nilai kredit dari ROA dan NIM, langkah awal adalah menentukan batas atas dan batas bawah dari rasio ini. Rasio ROA menurut Surat Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 bank yang baik adalah bank yang memiliki rasio ROA besar dari 0.5% akan tetapi disini penulis menetapkan range rasio batas atas adalah 5% sedangkan batas bawah dari rasio ini penulis menetapkan sebesar 1%, maka nilai kredit dari rasio ROA ini adalah setiap kenaikan 0.1% dari 1% maka akan mendapatkan nilai kredit sebesar +2.5 atau dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


Untuk pengukuran nilai kredit NIM, penulis juga menetapkan batas atas dan batas bawah rasio NIM Berdasarkan Surat Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 rasio NIM bank yang sehat adalah sebesar ≥ 1.5% sedangkan batas maksimal NIM adalah 7%, saya lebih suka  menetapkan batas atas rasio ini adalah sebesar 5.5% agar cabang dapat mengontrol pendapatan bersihnya, disudut pandang yang lain sebagian besar aktiva yang dimiliki adalah kredit yang diberikan sehingga membuat rasio NIM ini bisa melebihi dari 7%. jika cabang atau cabang pembantu dapat mengelola kredit agar tidak masuk kedalam kategori kredit bermasalah maka rasio ini akan semakin tinggi atau semakin baik karena pendapatan bunga bersih yang didapatkan semakin besar. Batas bawah rasio ini penulis tetapkan sebesar 1.5% maka nilai kredit untuk rasio ini adalah setiap kenaikan 0.1% dari 1.5% maka akan mendapatkan nilai kredit +2.5, atau dapat dihiutng dengan rumus sebagai berikut:


Faktor Liquidity
Faktor yang keempat adalah faktor likuiditas, faktor ini juga faktor penting karena faktor ini terkait kemampuan bank dalam mengatasi likuiditas jangka pendeknya dan dana pihak ketiga adalah dana yang murah sehingga spread dari dana dan kredit yang diberikan bisa jadi lebih besar. Rasio ini dapat diukur dengan rasio Loan Deposit Ratio. Peraturan Bank Indonesia LDR maksimal adalah sebesar 82%, rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagi berikut:

dalam penentuan batas atas dan batas bawah dari rasio ini penulis menetapkan batas atas adalah sebesar 80% dan batas bawah adalah 100% maka nilai kredit dari rasio LDR ini adalah setiap penurunan 1% dari 100% maka akan mendapatkan nilai kredit +5 atau dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

selain itu rasio LDR lebih tepatnya dalam pengukuran likuiditas ini adalah tingkat pencapaian dana cabang. karena ini akan lebih cocok karena cabang dalam operasionalnya terdapat dua peran yang berbeda terdapat cabang sebagai credit rising (cabang dengan prospek kredit) dan fund rising (cabang dengan prospek dana). rasanya ini lebih pantas untuk dijadikan indikator akan tetapi rasio LDR juga dapat digunakan sebagai indikator dalam rangka meningkatkan tingkat likuiditas bank

 Faktor Effeciency
Faktor yang terakhir adalah faktor efesiensi, faktor yang juga tidak kalag pentingnya karena faktor ini mengukur tingkat efesiensi cabang atau cabang pembantu dalam menjalankan operasionalnya. BOPO diukur dari perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasioanal. biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran,dan biaya operasi lainnya). pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operas ilainnya.semakin kecil rasio ini berarti semakin efesien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio BOPO ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Rasio Cost Effeciency Ratio adalah rasio yang menghitung biaya non-bunga yang dikeluarkan suatu bank demi menghasilkan pendapatan bunga bersih dan pendapatan lainnya selain pendapatan bunga. Alasan penulis menggunakan rasio CER karena biaya yang digunakan dalam menghitung CER sebagian besar terdiri dari biaya variabel (variable cost) yang merupakan jenis biaya yang dapat ditekan, seperti biaya umum dan administrasi . Dan jika suatu cabang atau cabang pembantu mampu memperoleh pendapatan dalam jumlah besar dengan biaya yang relatif kecil, maka dapat dikatakan bahwa cabang tersebut mampu untuk mengoptimalkan segala sumber daya yang dimilikinya. Semakin besar rasio ini maka semakin tidak efesien cabang tersebut. Rasio CER maksimal yang baik adalah sebesar 50%. rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :


Untuk menghitung nilai kredit dari rasio BOPO penulis menetapkan batas atas rasio ini adalah 75%, angka sesuai dengan blue print BPD Regional Champion sedangkan batas bawah rasio ini adalah 55% maka nilai kredit rasio ini adalah setiap penurunan 1% dari 75% maka nilai kreditnya adalah +5, atau dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


untuk menghitung nilai kredit dari rasio CER maka penulis menetapkan batas atas rasio ini adalah 50% sedangkan batas bawah adalah 20% maka nilai kreditnya adalah setiap penurunan 1% maka nilai kreditnya +3.34 atau dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Pembobotan dan Pengklasifikasian
Langkah terakhir untuk mendapatkan skor APPLE adalah dengan cara pembobotan faktor. Pembobotan ini bersifat optional akan tetapi penulis membagi secara merata pembobotan faktor tersebut, pembobotan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Faktor
Rasio
Bobot
1. Asset
Non Performing Loan
20%
2.Productivity
Personel Productivity
20%
3.Profitability
Return On Asset
10%

Net Interest Margin
10%
4.Liquidity
Loan To Deposit Ratio
20%
5.Effeciency
Beban Operasional Pendapatan Operasional
10%

Cost Effeciency Ratio
10%
Sumber: Data Diolah

Setelah pembobotan maka pengklasifikasian tingkat kesehatan, klasifikasi ini penulis adopsi dari sistem Bank Indonesia yaitu CAMEL akan tetapi penulis memodifikasi range tersebut sehingga menghasilkan klasifikasi sebagai berikut:

No
Nilai Kredit
Predikat
1
81-100
Sehat
2
60 - <81
Cukup Sehat
3
51 - <60
Kurang Sehat
4
<51
Tidak Sehat
Sumber : Data Diolah

2 komentar:

  1. Infonya bagus! Ijin copas yach.....!!!

    BalasHapus
  2. artikel ini mengingatkan saya ketika masih di bangku kuliah, tulisan tentang perbankan ini bisa menjadi bahan referensi yang bagus.
    bisnis rumahan modal kecil bisnis untuk mahasiswa

    BalasHapus