Selasa, 03 Maret 2015

ACTIVITY BASED COSTING

Pengertian Activity Based Costing (ABC)
Garrison dan Noreen yang diterjemahkan oleh Totok Budi Santoso (200) mendefinisikan ABC sebagai berikut, “Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas activity based costing (ABC) adalah metode perhitungan biaya (costing) yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manager untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap”.
Hansen et al. mendefinisikan ABC sebagai berikut, “Sistem biaya berdasarkan aktivitas (activity based cost-ABC) pertama-tammenelusuri biaya aktivitas dan kemudian produk. Asumsi yang mendasari adalah bahwa aktivitas-aktivitas memakai sumber-sumber daya dan produk, sebagai gantinya, memakai aktivitas” .

Neish dan Banks (1999) mendefinisikan ABC sebagai berikut:
Activity based costing is a costing method where all costs are allocated to products, services or departments according to the level of acticity giving rise to the major costs. It differs from rise to the major costs. It differs from the traditional normal or standard costing in that activities that activities that give rise to costs are identified for individual to costs are identified for individual product lines or services-as many costs as possible are identified directly with the individual products or services

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ABC (Activity Based Costing) adalah suatu metode perhitungan harga pokok produk yang dilakukan dengan menelusuri biaya ke aktivitas-aktivitas, kemudian membebankan biaya aktivitas tersebut ke produk sehingga dapat diketahui harga produksi yang bukan hanya sekedar berdasarkan  volume 
Mekanisme Perhitungan Biaya berdasarkan Aktivitas
Menurut Garrison et al. tahapan menerapkan ABC antara lain:

1.      Alokasi Tahap Pertama (First-Stage Allocation) yaitu proses pembebanan biayoverhead ke pool biaya aktivitas dalam sistem ABC. Langkah-langkah dalam tahap ini  antara  lain  mengidentifikasikan  dan  mendefinisikan aktivitas,  membebankan biaya ke pool biaya aktivitas dan menghitung tarif aktivitas.
2.       Alokasi Tahap Kedua (Second-Stage Allocation) yaitu suatu proses dimana tarif aktivitas digunakan untuk membebankan biaya ke produk dan pelanggan dalam sistem ABC. Langkah-langkah pada tahap dua antara lain membebankan biaya ke objek   biaya   dengan   menggunakan   tarif   aktivitas   dan   ukuran   aktivitas   dan menyiapkan laporan manajemen.


Alokasi Tahap Pertama

1.      Mengidentifikasikan dan Mendefinisikan Aktivitas

Langkah utama yang pertama dalam menerapkan sistem ABC adalah mengidentifikasikan aktivitas yang menjadi dasar sistem tersebut. Langkah ini mungkin sulit, memakan waktu, dan membutuhkan pertimbangan. Prosedur umum untuk melakukannya adalah melakukan wawancara terhadap semua orang yang terlibat  atau  setidaknya  semua  supervisor  dan  manajer  departemen  yang menimbulkaoverhead dan memintmereka lakukan.
Cara untuk memahami aktivitas dan bagaimana aktivitas tersebut digabungkan disusun dalam lima tingkat : unit-level, batch-level, product-level, customer-level dan organization-sustaining. Level tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

·         Aktivitas Unit-Level
Dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas unit-level bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi dan satu-satunya biaya yang selalu dapat dibebankan secara akurat proporsional terhadap setiap volume. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan menjadi aktivitas unit- level karena tenaga tersebut cenderung dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit produksi.
·        Aktivitas Batch-Level

Dilakukan untuk setiap batch yang diproses, tanpa memperhatikan berapa unit yang ada di dalam batch tersebut. Biaya tingkat batch (batch-level cost) adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi dan dijual. Contohnya yaitu pekerjaan seperti membuat order produksi, setup peralatan dan pengaturan pengiriman kepada konsumen. Biaya pada batch-level lebih tergantung pada jumlah batch yang diproses dan bukannya pada jumlah unit produksi, jumlah unit yang dijual, atau ukuran volume yang lain. Sebagai contoh, biaya untuk setup mesin untuk memproses batch sama tanpa memperhatikan apakah batch berisi satu atau 5000 item.
·        Aktivitas Product-Level

Berkaitan dengan produk yang spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau berapa unit yang diproduksi atau dijual. Biaya tingkat produk (product-level cost) adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah produk berbeda yang dihasilkan. Sebagai contoh, aktivitas unuk merancang produk, mengiklankan produk dan biaya untuk manajer dan staf produksi adalah aktivitas product-level.
·         Aktivitas Customer-Level
Berkaitan dengan konsumen khusus dan meliputi aktivitas seperti telepon untuk penjualan, pengiriman katalog, dukungan teknis yang tidak terpaku pada produk tertentu.
·        Aktivitas Organization-Sustaining

Dilakukan tanpa memperhatikan konsumen mana yang dilayani, barang apa yang diproduksi, berapa batch yang dijalankan, atau berapa unit yang dibuat. Kategori ini termasuk aktivitas seperti kebersihan kantor eksekutif, penyediaan jaringan komputer, pengaturan pinjaman, penyusunan laporan tahunan untuk pemegang saham dan sebagainya.
2.      Membebankan Biaya ke Pool Biaya Aktivitas
Pool biaya aktivitas adalah sebuah wadah yang mengakumulasikan semua biaya yang berkaitan dengan aktivitas tunggal dalam sistem ABC. Sebagai contoh, pool biaya pesanan  pelanggan  akan  dibebani  semua  sumber  daya  yang  dikonsumsi  untuk memproses pesanan termasuk kertas yang digunakan dan pengaturan peralatan yang digunakan. Ukuran aktivitas pada pool biaya ini adalah jumlah pesanan yang diterima. Aktivitas  in adalah  aktivitas  tingkat  batch  karena  setiap  pesanan  menyebabkan pekerjaan tanpa memperhatikan apakah pesanan tersebut satu unit atau 1.000 unit. Sebagian  besar  biaya  overhead  diklasifikasikan  dalam  sistem  akuntansi  dasar perusahaan berdasarkan departemen di mana biaya tersebut terjadi. Sebagai contoh, gaji, perlengkapan, sewa, dan sebagainya yang terjadi dalam departemen pemasaran akan dibebankan pada departemen tersebut.
3.      Menghitung Tarif Aktivitas
Tarif aktivitas akan digunakan untuk pembebanan biaya overhead ke produk dan pelanggan.  Tim  ABC  menentukan  total  aktivitas  sesungguhnya  yang diperlukan untuk memproduksi bauran produk dan melayani pelanggannya pada saat ini.

Alokasi Tahap Kedua

1.      Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitas. Dalam alokasi tahap kedua, tarif aktivitas digunakan untuk membebankan biaya produk dan pelanggan. Hal ini dilakukan dengan cara mengalihkan tarif overhead per kelompok biaya dengan besarnya penggerak biaya yang dikonsumsikan oleh setiap produk.
2.      Menyiapkan laporan manajemen. Setelah biaya produksi dihitung maka laporan manajemen dapat disiapkan guna memberikan informasi kepada pembacanya mengenai biaya produksi masing-masing produk dengan metode ABC.

Kelebihan dan Kekurangan ABC

Kelebihan ABC menurut Gayle yang diterjemahkan oleh Sugyarto antara lain:

1.      ABC memperbaiki distorsi yang melekat dalam informasi biaya tradisional berdasarkan alokasi bertahap yang hanya digunakan penggerak yang dilakukan oleh volume. ABC lebih jauh mengakui hubungan sebab akibat antara penggerak biaya dengan kegiatan. Dengan memusatkan perhatian pada penggerak biaya kegiatan dalam proses bisnis, manajer dapat memahami dan bertindak pada penyebab biaya bukan gejala.
2.      Perusahaan dengan biaya overhead yang tinggi, produk yang beragam, dan berbagai macam ukuran batch pelaksanaan produksi sangat mungkin memperoleh manfaat dari ABC. Sistem ABC menghasilkan banyak informasi mengenai kegiatan dan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dengan menyediakan informasi ini, ABC menawarkan bantuan dalam memperbaiki proses kerja   dengan menyediakan   informasi   yang   lebih   baik   untuk   membantu mengidentifikasi kegiatan yang membutuhkan banyak pekerjaan.
3.      Informasi ABC mendorong perusahaan untuk mengevaluasi kegiatan untuk mengetahui mana yang tidak bernilai dan dapat dieliminasi. Bila hanya mengidentifikasikan kegiatan yang tidak bernilai maka tidak akan mengurangi biaya. Oleh          karena   itu,   manajer   harus   mengurangi   kelebihan   sumber   daya   atau mengalokasikannya ke dalam bidang yang lebih produktif.
Kekurangan ABC menurut Garrison et al. antara lain:
1.      Mengimplementasikan ABC adalah suatu proyek besar yang membutuhkan sumber daya yang besar sehingga membutuhkan dana yang lebih mahal untuk pemeliharaan dibandingkan dengan proses biaya tradisional berdasarkan jam tenaga kerja langsung.  Keuntungkan dari  meningkatnya  keakuratan  mungkin  tidak  sebanding dengan biayanya.
2.      ABC menghasilkan angka yang berbeda dengan angka yang dihasilkan oleh sistem perhitungan biaya tradisional. Tetapi manajer terbiasa menggunakan sistem perhitungan secara tradisional untuk menjalankan operasinya dan sistem perhitungan biaya tradisional sering digunakan dalam evaluasi kinerja.
3.       Umumnya laporan yang dihasilkan oleh sistem ABC terbaik tidak sesuai dengan prinsip    akuntansi yang berlaku umum. Konsekuensinya, organisasi yang menggunakan ABC harus memiliki dua sistem biaya yang berbeda yaitu satu untuk penggunaan internal dan satu untuk menyiapkan laporan eksternal. Ini lebih mahal dari menggunakan satu sistem dan dapat menimbulkan kebingungan tentang sistem mana yang harus dipercaya dan diandalkan.


Perbedaan Activity Based Costing (ABC) dengan Metode Konvensional

Menurut  Mulyadi (2003),  perbedaan  antara  sistem konvensional  dan sistem ABC adalah:
1.      Sistem perhitungan biaya tradisional memiliki karakteristik khusus, yaitu dalam penggunaan ukuran yang berkaitan dengan volume atau ukuran tingkat unit secara eksklusif sebagai dasar untuk mengalokasikan overhead ke output. Untuk alasana tersebutlah maka sistem tradisional juga disebut dengan sistem berdasarkan unit (unit cost system). Sistem ABC mengharuskan penggunaan tempat penampungan overhead lebih dari satu.
2.      Jumlah  tempat  penampungan  biaya  overhead dan  dasar  alokasi  cenderung lebih banyak pada sistem ABC, sedangkan sistem tradisional menggunakan satu tempat penampungan biaya atau satu dasar alokasi untuk semua tempat penampungan biaya.
3.      Perbedaan umum antara sistem ABC dan sistem tradisional adalah homogenitas dari biaya dalam satu tempat penampungan biaya. ABC mengharuskan perhitungan tempat penampungan biaya suatu aktivitas, maupun identifikasi suatu pemicu aktivitas untuk setiap aktivitas yang signifikan adan mahal. Akibatnya, ada lebih banyak kehati-hatian, paling tidak dalamembentuk tempat penampungan biaya dalam sistem ABC dibandingkan dengan sistem tradisional.
4.      Semua sistem ABC merupakan sistem perhitungan dua tahap, sementara sistem tradisional bisa merupakan sistem perhitungan satu atau dua tahap. Pada tahap pertama dalam sistem ABC, tempat penampungan biaya aktivitas dibentuk ketika biaya sumber daya dialokasikan ke aktivitas berdasarkan pemicu sumber daya. Pada tahap pertama dalam sistem ABC, tempat penampungan biaya aktivitas berdasarkan pemicu sumber daya. Pada tahap kedua, biaya aktivitas dialokasikan dari tempat penampungan biaya aktivitas ke produk. Sistem biaya tradisional menggunakan dua tahap hanya apabila departemen atau pusat biaya lain dibuat. Biaya sumber daya dialokasikan ke pusat biaya pada tahap pertama, kemudian biaya dialokasikan dari pusat biaya ke produk pada tahap kedua. Beberapa sistem tradisional hanya terdiri dari satu tahap karena sistem tersebut tidak menggunakan pusat biaya yang terpisah, tetapi tidak ada sistem ABC yang hanya terdiri dari satu tahap.
    5.   Sistem ABC lebih mampu memberikan informasi tentang seluruh aktivitas yang   terkait dengan pembuatan produk dan biaya aktivitas dibandingkan dengan sistem tradisional.

0 komentar:

Posting Komentar